PENJEDAR - Faisal Basri membedah struktur pembiayaan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung mengalami pembengkakan nilai investasi. Proyek yang awalnya bernilai Rp 86,5 triliun menjadi Rp 114,2 triliun.
Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2021 mengizinkan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui penyertaan modal negara kepada BUMN yang terlibat.
Faisal Basri menunjukkan data yang membeberkan PT KAI sebagai BUMN yang paling banyak disuntikkan dana APBN untuk proyek itu.
"PT KAI, dari total pembiayaan, (disuntikkan dana) 5,7 persen. Tapi, 5,7 persen ini Rp6 triliun sendiri," ujar Faisal Basri dalam webinar yang ditayangkan kanal Youtube Universitas Paramadina pada 2 November 2021.
Baca Juga: Mardhani Ali Sera : Bisnis PCR Harus Diungkap sampai Ke Akar Akarnya
Secara keseluruhan, 85 % pembiayaan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung berasal dari China.
Rinciannya, 75 persen pembiayaan berasal dari pinjaman China Development Bank dan 10 persen dari Konsorsium China.
Sedangkan, Indonesia membiayai lewat Ekuitas KCIC sebesar 25 persen dan Konsorsium Indonesia sebesar 15 persen.
"Pertanyaan kita, apakah kita ini tidak mudah didikte oleh China? Karena China tahu, lah, ya, BUMN-BUMN kita seperti apa," kata Faisal Basri.
Artikel Terkait
Penduduk Teluk Torres Mengugat Australia Karena Dianggap Gagal Atasi Perubahan Iklim
Mardhani Ali Sera : Bisnis PCR Harus Diungkap sampai Ke Akar Akarnya